Breaking News

Syekh Sayyid Utsman Betawi: Ulama Kontroversial Masa Kolonial Belanda

 


Syekh Sayyid Utsman adalah salah satu tokoh yang sangat dikenal di kalangan orang Betawi dan merupakan salah satu ulama besar di tanah Betawi pada masa kompeni Belanda. Nama lengkapnya adalah Syekh Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Yahya al-Alawi, dan ia populer dengan sebutan Habib Utsman Betawi. Pada abad ke-19, ia menjadi salah satu ulama kontroversial dalam sejarah Islam di Indonesia, mendapatkan pujian dari sejarawan terkemuka Azyumardi Azra sebagai ulama Hadrami terkemuka di Nusantara pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Syekh Sayyid Utsman lahir di Pekojan Betawi pada tanggal 17 Rabi'ul Awal 1238 H, yang bersamaan dengan 2 Desember 1822 M. Ia adalah putra dari Abdullah bin Aqil bin Syekh bin Abdurrahman bin Aqil bin Ahmad bin Yahya dan Aminah.

Pendidikan awal Syekh Sayyid Utsman Betawi didapatkan dari kakeknya, yaitu Syekh Abdurrahman al-Mishri, yang mengajarinya berbagai aspek ilmu agama seperti bahasa Arab, ilmu falak, dan ilmu adab. Pada usia 18 tahun, ia pergi menemui ayahnya di Makkah, di mana ia melanjutkan perjalanan pendidikannya. Selama di Makkah, ia mulai mengejar berbagai pengetahuan agama yang luas.

Selain Makkah, ia juga belajar di Madinah. Pada tahun 1848 M, Sayyid Utsman pindah ke Hadramaut, Yaman, untuk melanjutkan studinya. Perjalanan pendidikannya membawanya ke berbagai negara di Timur Tengah, termasuk Maroko, Mesir, Turki, Syam, Palestina, sebelum kembali ke Hadramaut. Pada tahun 1862 M, dalam usia 40 tahun, ia kembali ke Batavia.

Syekh Sayyid Utsman sangat dihormati oleh banyak tokoh agama di Nusantara. Pertama, karena ia memiliki predikat sebagai mufti Betawi, sehingga pendapatnya sering menjadi pertimbangan di hampir seluruh daerah di Indonesia. Kedua, ia juga menjabat sebagai penasihat pemerintah Belanda dalam urusan bahasa Arab (Adviseur Honorair voor Arabische Zaken), yang mempengaruhi kebijakan keagamaan di Hindia Belanda.

Walaupun kontroversial, ia juga terkenal karena kedekatannya dengan sejarawan Belanda terkenal, Snouck Hurgronje. Snouck Hurgronje menyebut Syekh Sayyid Utsman Betawi sebagai penasihat Belanda untuk urusan bahasa Arab dan ia digaji sekitar 100 gulden per bulan, setara dengan 1/7 dari gaji Snouck Hurgronje.

Karena hubungannya dengan Belanda, Syekh Sayyid Utsman memiliki mesin cetak sendiri yang dikenal sebagai mesin kecil litografi atau mesin batu. Mesin ini memudahkan publikasi dakwah melalui karyanya.

Meskipun pemikirannya sering menjadi kontroversi, Sayyid Utsman tetap berpegang pada paham Ahlussunnah Wal Jamaah dan memiliki sumbangan besar dalam pembaharuan Islam di Nusantara. Ia juga dikenal sebagai penulis produktif dengan lebih dari 100 judul karya yang mencakup berbagai topik dalam bahasa Arab dan Melayu.

Pada akhirnya, Syekh Sayyid Utsman adalah seorang ulama, pemikir, dan penulis yang berpengaruh dalam perkembangan Islam di Nusantara. Pemikirannya yang kontroversial tetap memberikan inspirasi dan referensi bagi umat Islam di seluruh Indonesia. Ia meninggal pada 21 Safar 1332 H, yang bertepatan dengan 19 Januari 1914 M, dan dimakamkan di Tanah Abang, Jakarta Timur. Beberapa karyanya juga disimpan di Leiden University, Belanda.

Tidak ada komentar